Pendidikan menjadi salah satu fokus utama keluarga. Para orang tua yang jeli akan mempertimbangkan berbagai pilihan program pendidikan untuk anak – anak mereka. Pertimbangakan terhadap potensi dan kemampuan anak juga ikut dalam perhitungan. Sayangnya, kita tidak banyak menemukan hal seperti ini. Biasanya, masyarakat fokus pada tren di masyarakat. Misalnya jika banyak yang masuk ke sekolah negeri, maka sekolah negeri pun menjadi tujuan. Bahkan, tidak sedikit yang sudah langsung mematok sehabis SD, maka SMP, kemudian SMK, dan kuliah. Oleh karena itu, meskipun program pendidikan Home Education sudah ada sejak lama, tetapi masih sangat asing. 

Pengetahuan yang minim dan kurang tepat tentang homeschooling membuat masyarakat tidak mengetahui bagaimana manfaat yang bisa diperoleh jika saja profil mereka sesuai dengan program pendidikan homeschooling. Profil yang dimaksud adalah mengenai potensi anak, kemampuan orang tua, dan tujuan jangka panjang yang ingin diperoleh. Jika profil tersebut sebenarnya cocok untuk melakukan Home Education, tetapi malah ditempatkan di sekolah biasa, ada kemungkinan manfaat pendidikan menjadi kurang maksimal atau bahkan rugi. Agar lebih jelas, mari kita simak lebih dalam, apa sih home education atau homeschooling itu? 

Orang Tua nggak perlu jadi ahli untuk Home Education 

Banyak yang salah kaprah mengenai home education. Untuk belajar di rumah dengan mengikuti kurikulum tertentu tidak menuntut orang tua untuk bisa segalanya. Orang tua menjadi partner dalam belajar, bukan serta merta harus menjadi pengganti guru untuk materi. Guru yang ahli tetap mendampingi pembelajaran anak bersama orang tua. 

Lalu dimana perbedaan homeschooling dengan sekolah formal? Orang tua memiliki peran penuh terhadap anak. Orang tua mendampingi setiap proses. Sedangkan sekolah formal, kebanyakan orang tua tidak berperan langsung dan penuh pada anak. Tidak sedikit orang tua yang justru menyerahkan urusan sekolah kepada guru tanpa memperhatikan arah dan tujuan kedepan anak. 

Home education justru memfasilitasi hal tersebut. Sehingga ada komunikasi dua arah yang intens, objektif yang jelas, dan partisipasi anak, orang tua, bersama lembaga homeschooling. Proses pembelajaran bahkan tidak hanya mengatur urusan akademi, tetapi juga prestasi, karir kedepan, hobi, dan hal – hal lain yang berkaitan. 

Tenang aja, Anak gak Akan kesulitan bersosialisasi hanya karena Homeschooling 

Banyak orang tua dan anak yang khawatir, home education atau homeschooling bisa membuat anak kesulitan untuk bersosialisasi. Sebetulnya, tidak banyak kaitannya. Sosialisasi bergantun pada anak dan orang tua. Anak tetap bisa bersosialisasi dengan baik di lingkungan tetangga, karir yang dituju, lingkungan belajar dan mengajar melalui kegiatan – kegiatan menarik serta masih banyak lagi. 

Sebagai contoh, anak dan orang tua memilih pembelajaran sekolah home education karena sang anak akan fokus menggapai karirnya sebagai atlet bulu tangkis. Untuk mempersiapkan diri, sang anak perlu latihan rutin dan khusus. Sekolah formal sulit untuk menangani jadwal sang anak dan konsentrasinya yang padat. Dengan home education, jadwal belajar bisa diatur sedemikian rupa, dan anak bisa tetap bersosialisasi. Lingkungan latihan bulu tangkis menjadi salah satu sumber sosialisasi yang lebih terarah bagi karirnya ke depan. 

Bisa di customize! Seimbangkan dengan Porsi Anak Anda 

Pembahasan pada poin sebelumnya sudah menyinggung mengenai kustomisasi mode dan jadwal pembelajaran dengan kesibukan atau kondisi anak. Penyesuaian ini bisa menyeimbangkan porsi belajar anak Anda tanpa memaksakannya. Setiap anak pasti memiliki potensi dan batas masing – masing. 

Misalnya berkaitan dengan contoh sebelumnya. Dengan kesibukan anak mendalami bulu tangkis, latihan rutin, dan aktivitas padat lainnya, membuat anak tidak bisa dipaksa untuk menjalani sekolah formal. Kesehatan anak dan tumbuh kembangnya baik secara jasmani dan mental akan terganggu. Mulai dari capek hingga stress. Home education hadir untuk menanggulangi hal tersebut. Pembelajaran di rumah dengan guru ahli bisa mengatur jadwal belajar anak hanya di luar waktu latihan  bulu tangkisnya. 

Melahirkan Inisiatif untuk Aktif 

Tak jarang sekolah home education memberikan anak kemampuan untuk berpikir kritis dan aktif. Meskipun tidak berlaku untuk semua anak yang mengikuti homeschooling, namun mayoritas merasakan efek yang sama ketika mereka menginjak sekolah formal. Misalnya sang anak mengikuti homeschooling dari SD hingga SMA dan mulai mengikuti sekolah formal saat memasuki kampus atau universitas. Daya pikir mereka jauh lebih kritis dibandingkan dengan teman – teman seangkatannya. 

Selain itu, anak – anak keluaran homeschooling biasanya mampu mengeluarkan inisiatif dan lebih aktif serta mampu memanfaatkan waktu lebih baik dibandingkan dengan yang lain. Hal ini kemungkinan dipicu oleh kebiasaan mereka dalam mengatur jadwal akademis ditengah kesibukan dan situasi lain yang menuntut mereka. 

Open chat
Powered by